5 Hikmah Sa’i yang Masih Jarang Diketahui

Kategori : Umrah, Haji, Ditulis pada : 17 September 2024, 22:10:11

Berbicara mengenai ibadah haji dan umrah tentunya sangat menarik bagi kaum muslimin, apalagi untuk Anda yang sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke tanah suci. Banyak hikmah yang bisa Anda ambil dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain menambah spiritualitas Anda, Anda dapat memaknai setiap ibadah yang Anda jalani ketika di Baitullah.

terlebih ketika menunaikan rukun-rukun haji dan umrah, salah satunya adalah rukun sa’i. Sa’i adalah rukun ketiga setelah ihram dan thawaf. Serupa dengan rukun-rukun yang lain, sa’i memiliki karakteristik khusus dalam aktivitasnya. Istimewanya lagi, Anda dapat memetik hikmah dari sejarah mengapa sa’i jadi rukun yang tidak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Menurut bahasa, sa’i artinya usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya berjalan cepat bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa yaitu sejauh 400 meter, jadi total menempuh jarak  kurang lebih 3 km apabila bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentunya, Anda wajib memiliki persiapan kesehatan fisik sebelum menjalani rukun ini. Misalnya, berolahraga secara teratur seperti berjalan berapa langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat menambah kekuatan fisik Anda. Jadi tubuh Anda jauh lebih kuat ketika menunaikan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Sa’i

Bila menilik sejarahnya, rukun sa’i ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim saat diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Palestina ke Makkah. Waktu itu, adalah hal yang berat bagi Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di tanah yang gersang nyaris tanpa kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan mengikuti suaminya, pun saat Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di Makkah. Siti Hajar bingung dengan apa yang terjadi, bolak-balik ia bertanya pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Akhirnya ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Namun Nabi Ibrahim tetap diam.

Lalu Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang memberimu perintah, wahai Ibrahim?” Kemudian Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang memerintahku.” Dengan wajah yang berseri-seri kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.

Nabi Ibrahim pun kembali ke Palestina. Meninggalkan istri dan anak lelakinya di lembah tandus tersebut demi ketaatannya kepada Allah SWT. Ia mengembalikan segala urusan kepada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga taat kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan dilindungi oleh Allah.

Selama berhari-hari ia berusaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Sampai suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena air susunya tidak keluar. Lalu, Siti Hajar berusaha mencari air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa mengetahui di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang ia lihat. Ia bolak-balik sebanyak 7 kali, sambil terus berdoa kepada Allah, yakin Allah akan datangkan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah datangkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

diduga, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru hadirkan sumber mata air dari bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan hingga hari ini masih bisa Anda nikmati yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, jika Allah telah menghendaki apapun bisa menjadi kenyataan.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki sejarah, disebut air zamzam sebab sumber air itu terus terpancar tanpa henti bahkan diumpamakan kota Makkah bisa tenggelam jika hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berkata “Zamzam, zamzam!” yang artinya, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar tetapi tidak berlebihan.

Hikmah Sa’i

Belajar dari ibunda Siti Hajar, banyak sekali hikmah yang bisa Anda petik dari rukun sa’i. Ada nilai-nilai positif yang bisa Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut hikmah yang bisa Anda pelajari:

Belajar Tentang Iman

Siti Hajar adalah salah satu hamba yang dicintai Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari respon beliau ketika Nabi Ibrahim menyatakan bahwa apa yang dikerjakannya adalah semata-mata perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya, walaupun tampaknya ia tinggal di tanah yang tandus saat itu.

Tawakkal

Siti Hajar juga menunjukkan betapa ia penuh tawakkal kepada penciptanya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal merupakan sikap menggantungkan segala apa yang terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, dalam tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di sana. Tugas manusia adalah berusaha, tetapi soal hasil Allah yang menentukan. Sehingga tetap bergantung kepada Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan dan Yang Maha Menghendaki.

Ikhtiar

Seperti yang disebutkan di atas, tawakkal harus disertai dengan usaha. Ibunda Siti Hajar mencontohkan bagaimana ia tiada berputus asa mencari sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia terus bergerak tanpa henti, menyertai keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berusaha. Sehingga Allah berikan bantuan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berikhtiar dengan cara apapun selama itu dengan cara yang diridhoi Allah. Namun, kadang Allah hadirkan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka. Tak selalu dari apa yang Anda harapkan, tapi tetap yakin bahwa itulah yang terbaik versi Allah.

Ikhlas

Sebagai penutup, dari rukun sa’i Anda dapat mengambil hikmah tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menjalani ketetapan takdir yang Allah berikan, menaati perintah-Nya dengan ikhlas tanpa keluhan saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membersamai Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya rasa ikhlas, akan sulit rasnya menerima ketetapan Allah, sebab sifat manusia yang tak pernah puas.

Nah, itulah hikmah rukun sa’i yang bisa Anda pelajari dari kisah Siti Hajar. Semoga bisa meningkatkan keimanan Anda, serta semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id